Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2023

Kelana ke-satu

Wahai puan betapa  pilunya engkau menanggung kebimbangan yang tak berkesudahan. Genap usiamu di 22 Tahun, sudah pantas dirimu mengemban kemandirian dalam menjalani hidup. Engkau habiskan waktu untuk menyusun rencana masa depan. Tak lupa engkau selesaikan tugas satu persatu hingga selesai. Puan, jangan mengira engkau adalah makhluk yang lemah, sejauh ini kaki mu cukup kuat menginjaki bumi demi tercapainya harapan. Tak peduli seberapa orang dapat menemani prosesmu, karena semua orang punya kesibukan untuk mengejar harapan mereka masing-masing. Hari demi hari engkau lalui, terasa harapan masih jauh untuk kau gapai. Angan yang bergelimang tak terkira lagi, waktu pasti menjawab akan proses yang tak menghianati. Engkau begitu kuat, puan. Pundak mu begitu kekar mengemban beban, tak peduli akan kebahagiaan orang lain. Engkau fokus akan tujuan, cita-cita dan impian. Tak peduli seberapa banyak pemuda-pemudi menyambut pasangan dalam pengijabkabul yang sah. Sebagian ada yang menyambut dengan s...

Menyelami Kesendirian

Larut malam dalam keheningan sunyi, sendiri menyepi merenungi perkelanaan yang amat melelahkan hati. Sulit ditempuh dengan sendiri, apa lah daya angan untuk bersama tak mampu dicapai. Menempuh jalan kesendirian membuat diri berkelana tanpa batas waktu. Apa yang hendak diharapkan pada setiap manusia, tentu kepahitan dalam kekecewaan jika hanya bertumpu pada pengharapan. Berusaha menyadarkan diri, bahwa tak satu pun yang mampu menemani proses dalam perkelanaan diri.  Bebaslah berkelana dengan penuh ketenangan. Alam semesta menjadi saksi akan ketulusan hati. Menjauhlah dari sesuatu yang mengayat hati, pulihlah kembali.  Bebas, kata yang dinikmati oleh jiwa yang menyelami kesendirian. Kemana pun yang hendak dituju tanpa ada pencarian, berteman dengan siapa pun tanpa ada kecemburuan, sungguh sebuah kebahagian yang tak semua orang rasakan. Tentu hal ini di luar dari konteks pengesahan ikatan dua insan dalam pengikraran.  Menyadari tak mungkin rasanya menceritakan semua itu kepa...

Jiwa-Jiwa Yang Tenang

Dalam pencarian jati diri seorang insan tertatih menyusuri jalan sunyi, tak satupun manusia yang lain mengetahui jejak perjalanan yang begitu menyayat hati. Pergolakan pemikiran dalam menentukan arah dan tujuan menjadi langkah yang sulit untuk diamati, tak jarang jiwa yang lelah sering mengeluh, untung saja jiwa yang lemah ini ditemani heningan hati yang berusaha menenangkan diri. Tersadar ternyata diri ini larut dalam lamunan dipenuhi dengan ilusi, melangkah jauh memikirkan masa depan yang belum tentu dapat diraih. Siapa yang bisa menyangka kalau jiwa ini bisa hidup sampai esok hari ? Kenapa harus memikirkan suatu yang belum pasti dimiliki, sudah jelas hari ini adalah hari yang pasti, dan hari- hari yang lalu sudah tersingkir menjadi kenangan. "Aahh sudah saatnya aku menemukan sesuatu yang pasti saja "batin pun bersuara di lubuk hati para pencari ketenangan. Untuk apa berpikir terlalu berlebihan hingga membuat jiwa lelah memikirkan yang tak pasti. Bersyukur atas apa yang dim...

Perempuan Dengan Pilihannya (Pendidikan, Karir, dan Menikah)

Pendidikan Stereotip yang masih melekat pada masyarakat, telah dikonstruksi menjadi budaya dan kultural sehingga membuat perempuan dibatasi ruang untuk mengembangkan diri secara kemampuan yang dimiliki. Sejauh ini, pelabelan terhadap kaum perempuan dalam lingkup pendidikan, masih terdengar kalimat "untuk apa sekolah tinggi-tinggi nanti juga bakal kembali ke peran ibu rumah tangga yang kerjaannya di dapur". Perkara mengurus dapur dan  rumah pun perlu ilmu, jadi perempuan tidak bisa lepas dari pendidikan. Seakan-seakan tidak penting sekali perempuan menempuh pendidikan, pemikiran kolot yang perlu dimusnahkan, ketakutan mencapai puncak teratas mengakibat perempuan dibatasi ruang untuk berpendidikan. Apa iya takut bersaing sama perempuan, apa iya  kalau laki-laki minder dengan perempuan yang berpendidikan. Menurut penulis hal itu tidak perlu diperdebatkan lagi, kembali lagi ke kalimat "Perempuan berkualitas untuk laki-laki yang berkualitas". Berdasarkan penalaran dar...

Menaruh Rasa

Perasaan cinta yang ditaruh pada jiwa-jiwa yang tenang dan siap menerima tanpa balasan, tiba-tiba datang menghampiri untuk sekadar menyapa atau menetap selamanya. Diluar kendali manusia dalam mengontrol perasaan, karena memang fitrahnya manusia jika memiliki perasaan suka, kagum, cinta terhadap s eseoran g. Manusia diciptakan Allah secara berpasang-pasangan, dibalik itu terdapat hati yang sangat mudah dirangsang oleh perasaan. Dua insan yang cenderung akan merasakan kenyamanan seringkali sulit mengontrol diri hingga lupa akan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Jika perasaan dihadirkan-Nya pada setiap insan yang sedang jatuh cinta merupakan anugerah yang tidak bisa dipungkiri. Tergantung manusia yang mengontrol hati agar tidak keluar dari koridor syariat Islam. Menaruh rasa kepada seseorang bukanlah suatu masalah, jika ditanggapi dengan pemikiran yang lurus, maka perasaan yang hadir di hati suatu anugerah yang telah ditetapkan oleh sang Pencipta. Selayaknya setiap insan yang menerim...